Pemimpin upacara

Berhubung bentar lagi udah mau 17-an, gue jadi pengen bagi - bagi pengalaman gue seputar 17-an.


Well, jadi ceritanya begini..
waktu gue masih SD, gue pernah SATU kali ditugasin jadi pemimpin upacara. Lo pada pasti tau kan apa itu pemimpin upacara? Hah? Enggak tau? Gue enggak heran sih, abisnya kerjaan lo tiap hari senin nyungsep di got.



Pemimpin upacara itu contohnya kayak gini nih :

Source : Google Image


Udah tau sekarang? Itu yang di depan namanya pemimpin upacara. Sesuai namanya tugasnya udah pasti memimpin jalannya upacara, bukan dagang siomay keliling sekolahan.


Balik ke topik. Jadi waktu itu gue tiba - tiba aja di tunjuk buat mimpin upacara jualan siomay disekolah. Momennya itu adalah buat 17 Agustus-an. Sebelumnya gue sama sekali enggak pernah punya pengalaman jadi pemimpin upacara. Boro - boro pemimpin upacara, jadi anggota upacara aja kadang gue gak lulus ( baca : telat dateng, dihukum ). Saat itulah gue sampai di tingkat kegalauan tertinggi anak SD.

Dengan bekal yang sangat amat sedikit, gue akhirnya mutusin belajar mimpin di rumah. Sampai di rumah gue belagak depan cermin gede. Gue bergaya seolah - olah gue adalah seorang pemimpin upacara, dengan khidmat dan nyaring gue berteriak "Siomay! Siomaaaaaaayy!!" maksud gue" Siap gerak!!!". Ternyata nyokab gue mendengar apa yang gue kerjain. Akhirnya nyokab gue ngedatengin gue, gue spontan aja curhat soal kepemimpinan gue.

Akhirnya hari penuh sejarah dalam hidup gue akan tiba. Menurut gue, inilah saatnya membuktikan pada anak - anak di SD gue bahwa gue emang layak jadi presiden ( dengan menjadi pemimpin upacara? waktu itu gue sangat naif ). Malam hari sebelum hari besar gue, gue berdoa dan berdoa. Keinginan gue cuman satu, semoga besok gue enggak bakal malu - maluin.


Hari bersejarah pun dimulai..


Awal hari yang amat berat, ketika gue sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul 7! Gue hampir aja menyerah dan patah semangat, tapi demi menjajakkan siomay prinsip gue sebagai laki - laki, gue pun dengan segala yang gue milikki mencoba menyelamatkan hari.

Sampai di sekolah, dengan ngos - ngosan gue sudah ada di depan gerbang sekolah yang hampir aja di tutup sama om Satpam. Gue ngebirit lari menuju ruang persiapan. Ganti dengan pakaian kebesaran sang pemimpin upacara gue. Dan bersiap di tempat gue. Yaa, tempat gue. Di sana di depan semua siswa dan siswi SD Kartika VI-6 Banjarmasin. fufufu*

Awalnya semuanya lancar - lancar aja. Sampai gue tiba di penutupan upacara bendera waktu itu. Saat itu gue enggak tahu mesti apa lagi. Gue merasa males aja ninggalin tempat berpijak kebanggaan gue, di depan semua anak. Waktu gue fikir itu waktunya ninggalin lapangan upacara, gue dengan tampang cool muter badan dan ngambil langkah jalan. Ehh, gataunya gue jalan ke arah yang salah. Muka gue masih tenang sampai gue dengar "HAHAHAHAHAHAAH!! MAU KEMANA WOI !?". Alhasil satu sekolahan ngetawain gue. Gue malu abis. Rasanya ga bakalan ada lagi momen memimpin upacara dalam hidup gue.


Selamat hari kemerdekaan blogger sekalian, semoga bisa menghibur! Hormat Grakk!!

PS : Belilah panduan menjadi pemimpin upacara sebelum terjun langsung ke lapangan, untuk menghindari rasa malu berkepanjangan. Apabila ada rasa nyeri di bagian urat malu, hubungi psikiater.

0 komentar:

Posting Komentar